Sebagai salah satu pondasi awal
berdirinya Yayasan Maraqitta’limat
adalah di tandai dengan berdirinya Madrasah Diniyah Islamiyah, dengan
perkembangan dan kemajuan yang signifikan, maka beliau menuangkan ide dan
gagasannya untuk membangun Madrasah Ibtidaiyah yang nantinya akan di
bernaung di sebuah wadah atau lembaga, gagasan beliau tersebut di sambut
positif dan di berikan dorongan dari para tokoh-tokoh yang ada di Desa Mamben
Lauk, sehingga pada tahun 1951
musyawarah para tokoh di lakasanakan, yang di hadiri oleh beberapa tokoh di
antaranya seperti : Tuan Guru H.Muhammad Arsyad (Ayahnya), H.Muhammad Amin,
Tuan Guru H.Mustaqim, Papuq Hayat, H.Halidi, H.Muhmmad Hamid, H.Badaruddin,
Guru Nurminah, Amaq Munaqif, H.Mahmudin, H.Ridwan dan lain sebagainya
(Musyawarah Pertama).
1.Latar
Belakang Berdirinya
Maraqitta’limat
Kemudian
di lanjutkan dengan Musyawarah kedua dilaksanakan sebagai rencana lanjutan dari
pendirian lembaga Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah tersebut, para tokoh-tokoh
yang menghadiri musyawarah ke dua ini adalah sebagai berikut di antaranya :
Tuan Guru H.Muhammad Arsyad (Ayahnya), H.Muhammad Amin, Tuan Guru H.Mustaqim, TGH. Abu Bakar, Papuq Hayat, H.Halidi,
H.Muhmmad Hamid, H.Badaruddin, Guru Nurminah, Amaq Munaqif, H.Mahmudin,
H.Ridwan, Kepala Desa Mamben Lauq, Para Keliang Kampung Se-desa Mamben Lauk (Kepala Dusun), H.Mustafa,
H.Muhtar, Bapak Anhar, Papuq Arsyad (Guru Badar), Amaq Mannan, Amaq Muhriah,
Amaq Saknah, H.Muhammad Saleh, Amaq Kalsum, Amaq Naserun, Amaq Sa’rah, Amaq
Erah, Amaq Saenah dan lain sebagainya.
Pada
musyawarah tahap kedua inilah Para Tokoh-tokoh dan masyarakat sepakat untuk
mendirikan Lembaga Pendidikan Mardrasah Ibtidaiyah yang akan di naungi oleh
sebuah yayasan, namun tetapi dalam musyarawah tahap kedua tersebut terjadi
pembahasan yang cukup serius dan Alot, terutama dalam pembahasan penentuan dan
menyepakati mengenai nama Madrasah Ibtidaiyah tersebut, dalam proses
pemabahasan ada 2 (Dua) nama yang di usulkan oleh Tuan Guru H.Muhammad
Zainuddin Arsyad dan selanjutnya pembahasannya di serahkan kepada jama’ah yang
sedang ikut melakukan
kegiatan musyawarah, kedua usulan nama
madrasah ibtidaiyah tersebut adalah antara “ Darul Ulum (Rumah Ilmu) “
Atau “ Maraqitta’limat “ (Tangga
Pendidikan).
Kedua nama Madrasah Ibtidaiyah
tersebut di tanggapi oleh peserta musyawarah, ” Kalau
nama Darul Ulum yang kita berikan nama madrasah tersebut, berarti kita
mencontek atau meniru nama sebuah Madrasah besar dan terkenal di Negeri
Makkkah, sedangkan kita tidak ingin di katakan mencontek dan mengambil dari
salah satu sebuah nama madrasah besar dan terkenal oleh orang-orang yang tidak
suka terhadap perjuangan kita, walaupun nama madrasah tersebut berada di negeri
Makkah, oleh sebab itu biarlah kita menentukan sendiri nama madrasah yang akan
kita bangun dengan nama Maraqitta’limat “. Sehingga
perkembangan dari Maraqitta’limat sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita
semua, namun tetapi muncul dan terbentuk dari ide dan gagasan kita sendiri
tanpa harus mencontek dan meniru. (Sumber : TGH.Abu Bakar)
Selanjutnya
kesepakatan nama Madrasah Ibtidaiyah tersebut dengan nama “ Madrasah Ibtidaiyah
Maraqitta’limat “ dan pemberian nama yayasan pun di ambil dari nama
pendirian madrasah ibtidaiyah yang pertama yaitu maraqitta’limat sehingga di
sebut dengan nama “ Yayasan Maraqitta’limat “, maka dengan di sepakatinya
nama Madrasah dan Yayasan, berarti pendiriannya sudah di Ligitimasi oleh
dukungan masarakat pada tahun 1951, pendirian Madrasah Ibtidaiyah tersebut
tidak terlepas juga dari upaya dan swadaya masyarakat serta atas bantuan para
Tokoh-tokoh Masyumi yang ada di wilayah Lombok Timur, sehingga pembangunan lembaga
pendidikan Madrasah Ibtidaiyah tersebut lebih di kenal pada waktu itu, dengan sebutan Gedung
Masyumi, sementara masyarakat
Mamben dan sekitarnya
pada saat itu gedung Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat Mamben Lauk kerapkali di sebut dengan sebutan “
Gedong “ karna pada saat itu tokoh-tokoh Mamben Lauk dan
masyarakatnya sebagian besar menjadi simpatisan Partai Masyumi (Majlis Syura’ Indonesia), sehingga para
tokoh bekerja
sama secara intens untuk bersama-sama membangun masyarakat secara politis, dan
saat itu kepengurusan
Partai Masyumi yang dipimpin oleh KH.Agus Alwi dan Umar
Semeq.
Pendirian
Madrasah Ibtidaiyah saat itu, ditandai oleh sedang terjadinya fenomena persaingan politik yang
cukup ketat untuk mencari simpati dukungan massa terhadap partai politik yang ada, di bawah Pimpinan negara
Presiden Ir.Sukarno dan Drs. Hatta serta pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo, sementara saat
itu masyarakat Indonesia di seluruh tanah air sedang gencarnya melakukan
tuntutan agar segara di laksankan pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih Badan
Konstituante (Badan Pembuat Undang-Undang Dasar). Itulah sebagai penyebab
keterlibatan tokoh-tokoh Masyumi dalam pendirian Madrasah Ibtidaiyah, karena
para tokoh-tokoh yang ada di Desa Mamben Lauk menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan Partai Masyumi.
Pendirian
Madrasah Ibtidaiyah tersebut sekaligus juga sebagai tonggak awal berdirinya
Yayasan Maraqitta’limat, kemudian di lanjutkan dengan kegiatan penyusunan
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) pada tahun 1959, sedangkan
pada tahun 1960 melakukan kerjasama dengan Pimpinan Muhammadiyah di Masbagek
Lombok Timur dalam pengusulan pembuatan akte notaris pendirian Yayasan Maraqitta’limat,
dengan
pejabat yang menjabat
sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat adalah Bapak Wadita Kusuma dan yang
menjabat sebagai Bupati Lombok Timur adalah Bapak Lalu Wildan, (Sumber : Ustaz
M.Saleh, HM).
Dengan
berbagai upaya, usaha, tantangan dan hambatan beliau bersama Tokoh-tokoh dan
masyarakat untuk mendirikan Yayasan Maraqitta’limat, berhasil di
dirikan pada
tanggal 30 Juni tahun 1964, dan memperoleh badan hukum dengan akta
notaris Nomor 80,
sehingga
pada saat itu Yayasan
Maraqitta’limat resmi berdiri secara ligitimasi dan legalitas di Mamben Lauk, Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat, sedangkan dalam acara peresmian atau waktu
di deklarasikan pendirian Yayasan Maraqitta’limat di hadiri oleh tokoh Masyumi
dari Jakarta yakni Bapak
KH.Muhammad Hafiz dan para tokoh Masyumi lainnya yang berada di wilayah Lombok, di samping itupula
beberapa tokoh ormas sepulau Lombok dan pejabat pemerintahan yang sempat hadir pada saat itu, (Sumber : Ustaz
Saleh Rihin, Alm)
2.Konsepsi Lambang Yayasan Maraqitta’limat
Setiap
lambang atau simbol, tidak terlihat begitu saja menurut bentuk lahirnya, tetapi
ia mengandung banyak makna yang tersembunyi di dalamnya, sesuai tujuan dan
cita-cita yang memiliki lambang, begitu pula lambang Yayasan Maraqitta’limat.
Pada awalnya Yayasan Maraqitta’limat belum memiliki lambang, namun tetapi
para anggota yayasan Maraqitta’limat hanya memiliki tanda anggota atau kartu
anggota yang berukuran kartu pos, di dalam kartu tersebut terdapat dua buah
tanda gambar, di sebelah kiri gambar bulan bintang dan di sebelah kanan terdapat
gambar tangan yang sedang menulis dengan pena, sedangkan di tengah-tengahnya
tertulis kalimat Qur’ani, seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Lambang dalam kartu anggota inipun belum begitu banyak di kenal oleh
anggota yayasan dan masyarakat, karna kartu ini hanya di miliki oleh para tokoh
dan sesepuh masyarakat saja, serta para anggota seperjuangan, artinya
keberadaan kartu anggota tersebut masih sangat terbatas untuk dikenal dan dimiliki
oleh masyarakat umum.
Pada tahun 1962 yayasan maraqitta’limat belum juga memiliki lambang, maka
pada tahun tersebut muncullah ide dari seorang guru PGAP 4 Tahun yakni H.Arif
Munawir untuk menggagas lambang tersebut dan didukung oleh para guru seperti
H.Abdul Mannan dan H.Ahmad Qusyairi, agar seyogyanya lambang tersebut cepat
tercipta dan terbentuk, maka dengan kesepakatan para guru di PGAP 4 Tahun ini
menghadap Bapak Pimpinan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad. Para Guru
tersebut Menyampaikan niat dan keinginannya, sehingga pada malam Jum’at tanggal
23 Maret 1965 di adakannya musyawarah di rumah Bapak Pimpinan guna pembentukan
seksi-seksi kepengurusan, dan pembagian tugas dan fungsi dari masing-masing
pengurus (Tupoksi), hal ini dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan tugas
dan kerja. Dengan diadakan musayawarah tersebut maka semakin kuat dorongan niat
dan keinginan H.Arif Munawir bersama para guru untuk menyampaikan idenya.
Pada hari minggu malam Senin setelah Sholat Isya’, tanggal 28 Maret 1965
bertepatan pada tanggal 26 Dzulqa’idah 1384 H. Bapak H.Arif Munawir dan Bapak
H.Abdul Mannan mengahadap Bapak Pimpinan untuk menyampaikan ide tersebut, agar
pada hari pelantikan dan peresmian seksi-seksi Yayasan Maraqitta’limat yang
rencananya di resmikan dan dilantik pada hari Kamis, tanggal 06 Mei 1965
bertepatan tanggal 05 Muharram 1385 H, dengan satu harapan agar Yayasan
Maraqitta’limat sudah memiliki lambang, Bapak Pimpinanpun menerima ide dan usul
tersebut, saat itu pula Bapak pimpinan selalu memberi petunjuk serya berkata “
Silahkan segara di buat konsepnya lambang tersebut, dan jika sudah selesai agar
segera dibawa kembali untuk kita pelajari dan telaah bersama, dan jangan lupa
pada gambar lambang tersebut di cantumkan Gambar Bulan Bintang, serta gambar
tangan yang sedang menulis dengan pena, dan juga jangan dihilangkan Tulisan
yang berbunyi :
Pada hari Selasa tanggal 30 Maret 1965 Penggagas
Lambang Yayasan yakni H.Arif Munawir Bersama H.Abdul Mannan memperlihatkan
hasil kerjanya. Setelah di pelajari dan di teliti dengan seksama oleh Bapak
Pimpinan Maraqitta’limat, lalu kemudian menerima dan menyetujui gambar lambang
tersebut, dengan catatan ; Agar gambar ujung pena yang sedang menulis tepat
mengenai Huruf Mim pada kalimat Ya’ Lam.
Sehingga
pada hari Kamis, 01 April 1965, malam Jum’at
30 Dzulqa’idah 1384 H, setelah gambar yayasan direvisi sesuai petunjuk dari Bapak
Pimpinan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad, akhirnya beliau menerima
dan menyetujui bentuk lambang Yayasan Maraqitta’limat.
Belaiu mengatakan “ Bahwa gambar ini sudah bagus kita
pergunakan sebagai lambang Yayasan Maraqittalimat “, dan pada malam itu pula, maka resmilah lambang yayasan maraqitta’limat,
seperti lambang atau logo Yayasan Maraqitta’limat sebagaimana yang kita lihat
sampai sekarang ini. Pada malam itu juga beliau
menguraikan secara rinci kepada penggagas ide lambang dan
kepada beberapa orang yang hadir malam itu, diantaranya Ustz. H. Abdul Mannan dan H.Arif Munawir, maka yang terkandung dalam lambang
Yayasan Maraqitta’limat.
Beliau menjelaskan makna Lambang Yayasan Maraqitta’limat, sebagai berikut:
- Lambang ini terletak pada dasar segi lima, yang menggambarkan bahwa pondok pesantren maraqitta’limt tegak serta memperjuangkan Islam yang rukun dan hukumnya lima. Setiap orang akan hidup bahagia di dunia dan akherat, jika rukun dan hukum Islam yang lima ditegakkan dan dilaksanakan dengan baik. Dan dengan adanya rukun dan hukum Islam yang lima itu pula, seorang mukmin wajib belajar sejak lahir hingga akhir hidup.
- Bulan Sabit
Bulan
sabit merupakan lambang Islam secara umum di seluruh dunia. Bulan adalah suatu
alat penerang di waktu gelap dan alat pengukur untuk menentukan waktu.
- Lima Buah Bintang
Bintang
merupakan kompas atau alat penentu arah dan tujuan di darat ataupun di laut
waktu malam gelap. Lima buah bintang
merupakan lambang jalur penyaluran ilmu pengetahuan dari Allah Swt
kepada hamba-hamba-Nya.
a.
Bintang Pertama
Melambangkan Nubuwah
Allah Swt mengajarkan atau menurunkan ilmu-Nya kepada para Nabi dan Rasul
melalui perantaran wahyu. Demikian pula kepada Rasulullah Muhammad Saw yang
menerima wahyu dari Allah Swt. Wahyu sebagai penuntun yang mengajarkan seluruh
macam disiplin ilmu yang berhubungan dengan ibadah maupun mu’ammalah. Beribadah
sebagai hubungan dengan Allah Swt (hablumminalloh) dan mu’ammalah sebagai
hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan (hablumminannas).
b.
Bintang Kedua
Melambangkan para
sahabat-sahabat Rasulullah Saw, dan Rasulullah menerima ajaran-ajaran Allah Swt
baik secara langsung maupun melalui perantaraan Malaikat Jibril yang semuanya
terkumpul dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim. Kemudian Rasulullah Saw
mentransfer ilmu pengetahuan itu kepada para sahabat-sahabat yang setia yang
dilengkapi dengan keterangan dan penjelasan-penjelasan yang disebut dengan
Hadist atau Sunnah. Penjelasan itu dapat berupa perkataan, perbuatan maupun takhrir
atau persetujuan Rasulullah Saw sebagai pemegang amanah dari Allah Swt. Segala
ilmu yang diterima dari Allah Swt disampaikan seluruhnya, tanpa satupun yang
ketinggalan atau terlupakan. Al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman manusia
dalam menempuh kehidupan dunia menuju kehidupan yang kekal abadi di akhirat.
Manusia tidak akan pernah tersesat jika selalu berpedoman pada kedua sumber
hukum dan pelajaran tersebut sepanjang masa, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Saw.
c.
Bintang Ketiga
Mengandung arti para
thabi’in. Ilmu yang diterima oleh para sahabat yang mulia, kemudian diteruskan
kepada generasi berikutnya, yaitu para tabi’in. Dari tabi’in dilanjutkan kepada
para tabi’ut tabai’in dan kemudian diteruskan kepada para ulama. Dengan
demikian ilmu semakin menyebar dengan banyaknya para ulama yang menerima ajaran
itu dari para pendahulunya.
Sebagai
mukmin pengikut ajaran Rasulullah, para thabi’in
dengan rasa patuh, tekun, ulet
menerima dan melaksanakan ajaran para sahabat
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, proeses penerimaan
ilmu dan ajaran agama Islam tersebut, yang bersifat langsung
dari sumbernya, yaitu dari Rasulullah
Saw. Lalu para thabi’inpun
yang belajar dari para sahabat, selanjutnya
para sahabatpun mengajarkan ajaran Allah Swt kepada para ulama-ulama dengan kebenaran.
d.
Bintang Keempat
Melambangkan seorang
guru yang tekun, ikhlas dan bertanggung jawab melaksanakan tugas kewajibannya
mendidik, mengajarkan dan menyampaikan segala ajaran Allah dan Rasul dengan
benar kepada murid-muridnya. Dengan tujuan agar para murid dapat menjadi hamba-hamba
Allah yang bertaqwa cerdas, terampil, berakhlak mulia dan bertanggung jawab melaksanakan
tugas kewajibannya untuk mendidik, mengajarkan dan menyampaikan segala ajaran
yang diketahuinya dengan benar kepada murid-muridnya.
Pekerjaan guru adalah
pekerjaan mulia dan terhormat. Guru berusaha mengajarkan ilmu untuk bekal
pengetahuan dan sekaligus untuk membersihkan hati manusia, baik dari kebdoohan
maupun kesesatan. Guru adalah khalifah Allah di muka bumi ini. Guru merupakan
seorang bendaharawan yang boleh dan dapat membelanjakan simpanannya berupa ilmu
pengetahuan setiap saat kepada siapapun yang membutuhakan. Guru ibarat minyak
kasturi yang wanginya bukan hanya mengharumkan namanya sendiri tetapi juga
mengharumkan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat menjadi guru
yang baik, yaitu guru yang dapat digugu dan ditiru.
Guru yang baik
bersifat kasih sayang terhadap murid-muridnya bagaikan fungsi ayah dan ibu bagi
anak-anaknya. Jika ayah ibu yang melahirkan manusia ke dunia ini dan memberikan
makan dan minum yang halal bagi pertumbuhan jasamani, maka guru berfungsi
memberikan santapan bagi pertumbuhan rohani yang dekat dengan Allah Sang Pencipta.
e.
Bintang kelima
Bintang
kelima, melambangkan seorang murid, karna Murid
adalah insan-insan yang menjadi tumpuan dan harapan generasi tua. Murid
haruslah selalu rajin, taat dan patuh serta ikhlas menerima pelajaran dari guru
yang baik demi kemaslahatan dan kebahagiaan masa depannya. Seorang
murid wajib mematuhi, menghormati dan memuliakan guru yang mengajarnya, sebab
guru adalah orang yang berilmu, ia dilebihkan oleh Allah dengan ilmunya. Dan
wajiblah seorang murid ta’zhim dihadapan gurunya.
- Tangan yang menulis dengan pena
Tangan
melambangkan akal, pikiran dan kekuatan zhahir bathin, seorang hamba Allah.
Begitulah Allah Swt menyebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa kerusakan
di darat dan di laut, semuanya
adalah ulah perbuatan tangan manusia. Begitulah keberhasilan dan kegagalan
seseorang akan disebabkan oleh perbuatan tangannya sendiri. Tangan
seorang murid yang cekatan dan terampil, sesuai dengan akal pikirannya yang
cerdas, akan membuat si murid dapat menangkap pelajaran-pelajaran yang berguna
dari seorang guru.
Goresan
tangan yang terampil dari seorang murid, akan mendapat ilmu dan hasil usaha
yang sempurna dan sukses dalam segala cita-citanya.
Sebaliknya jika tangan seorang murid yang malas,
enggan bergerak, tidak terampil, itu merupakan suatu kegagalan bagi seorang
murid.
Sebagaimana Allah Swt
sebutkan dalam Al-Qur’an. Tangan juga sebagai simbol kekuasaan, lambang
kekuatan dan cermin dari segala perbuatan sebagaimana firman Allah Swt
“ Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karna perbuatan tangan manusia,
supaya peringatan Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Begitulah, maka
keberhasilan dan kegagalan seseorang banyak disebabkan oleh perbuatan
tangannya. Tangan seseorang yang cekatan dan terampil yang ditunjang oleh
pikiran yang cerdas akan membuat murid dapat menangkap pelajaran-pelajaran yang
berguna dari seorang guru. Goresan tangan yang tekun dan kreatif akan
menghasilkan ilmu dan hasil yang berguna dalam mengejar cita-cita dan mencapai
sukses yang sempurna. Sebaliknya tangan yang malas, kaku dan enggan akan
mendatangkan kegagalan dan penyesalan dikemudian hari.
Untuk menunjang
keberhasilan, tangan manusia dibantu oleh alat yaitu pena. Pena adalah
perantara ilmu pengetahuan dan penyampai berita yang sangat luar biasa.
Ungkapan yang mengatakan bahwa pena itu lebih tajam dari pedang nyata benarnya.
Inilah kemuliaan Allah Swt yang tinggi. Diajarkan-Nya manusia berbagai macam
ilmu pengetahuan, dibukakan segala rahasia, diserahkan kunci untuk membuka
perbendaharaan ilmu pengetahuan melalui perantaraan qalam, perantaraan pena.
Selanjutnya,
setelah manusia pandai menggunakan pena tidak terhitunglah jumlah ilmu yang
Allah berikan kepada manusia, yang dapat dicatat, akan segala ilmu pengetahuan
yang baru didengar dan baru dilihat dengan pena yang ada pada tangannya. Sebab
ilmu pengetahuan itu adalah laksana binatang buruan yang sangat liar. Dan
penulisan merupakan tali pengikat dari buruan tersebut. Maka ikatlah setiap
buruan itu dengan tali yang kuat.
Dengan
kata lain singkatnya, tulislah dengan pena, segala ilmu
pengetahuan yang baru diterima agar ilmu itu tidak lekas hilang.
- Tulisan/Kalimat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar