Namun dewasa ini dalam pemanfaatan dan penggunaan
pestisida secara berlebihan, dimana pada era ini, sehingga memiliki berbagai macam
sebutan seperti Zaman Serba Canggih,
Modrenisasi, Globalisasi, Melinium dan berbagai sebutan lainnnya, sebagian dari
masyarakat khususnya masyarakat petani menganggap sistem pertanian organik ini
masih di anggap Kuno dan kolot, lantaran teknologi yang di gunakan di dalam
pengemabangan pertanian organik masih sederhana, tidak seperti pemanfaatan
teknologi sistem konvensional yang cenderung pemakaiannya praktis, salah
satunya pemanfaatan teknologi pestisida.
Pemanfaatan teknologi
pestisida ini, menjadikan para petani makin tergantung pada penggunaan dan
pemanfaatannya guna untuk menjamin keberhasilan penennya, ketergantungan ini
sulit dikikis, dikarenakan sudah terlanjur para petani percaya dan cinta pada
pestisida, bahkan para petani telah
menganggap bahwa pestisida sebagai dewa penolong, lantaran pestisida telah
mampu menyelamatkan para petani dari kegagalan panennya sebagai akibat dari
serangan berbagai macam bentuk hama dan penyakit tanaman, dengan melalui
penggunaan dan pemanfaatan pestisida dan turunannya seperti herbisida,
fungisida dan insektisida dan lain sebagainya.
Tetapi, di balik cerita sukses tentang hasil penen para
petani, tak kurang informasi yang beredar menyatakan bahwa penggunaan dan
pemanfaatan pestisida sebenarnya mengandung racun yang berbahaya, namun walau
demikian penggunaan dan pemanfaatan pestisida masih berlanjut dan masih ada
sampai saat ini, fenomena ini mulai muncul setelah Revolusi hijau di galakkan
oleh pemerintah di era Orde Baru, dimana saat itu merupakan upaya peningkatan
produksi pangan oleh pemerintah, khususnya beras di galakkan melalui budidaya
tanaman padi, seiring dengan itupula dibukanya banyak lahan persawahan yang
sebelumnnya merupakan lahan kawasan hutan. Sehingga mengakibatkan munculnya
berbagai serangan hama dan penyakit tanaman para petani, sadar atau tidak sadar
bahwa dengan hal tersebut justru menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.
Ketidakseimabangan ekosistem tersebut dapat di lihat dari
budaya para petani dalam mengembangkan sistem pertanian monokultur dengan satu
jenis tanaman budidaya, jelas amat berbeda dengan kondisi alam, jika dicermati
dengan seksama, ekosistem alam seperti hutan tropis atau padang rumput,
tersusun dari banyak jenis tanaman dan hewan, keragaman inilah yang justeru
menciptakan keseimbangan di alam.
Munculnya hama dan penyakit di lahan pertanian,
sebenarnya merupakan gejala terjadinya ketidakseimbangan dalam ekosistem
sehingga ketidakseimbagan menciptakan kondisi yang memnicu serangan hama dan
penyakit tanaman, misalnya karena petani hanya menanam satu jenis tanaman saja
dari waktu kewaktu, tanah menjadi kekurangan nutrisi(Unsur Hara) yang
menyebabkan kesehatan tanaman menjadi menurun dan lebih mudah terserang oleh
hama dan penyakit, di samping itupula dengan dominasi tanaman satu jenis akan
menjadi sumber pakan, sasaran dan serangan bagi jenis serangga tertentu,
sehingga serangga yang tadinya tdak berbahaya, mendadak meningkat populasinya
dan menyerang tanaman para petani. Kemudian untuk mengatasi penyerangan
tersebut para petani kerapkali melakukan pemberian pestisida pada lahan yang
terserang hama, penyakit dan gulma yang hanya mampu membunuh si pengganggu
saja, akan tetapi sejatinya tidak dapat menyembuhkan atau mengatasi penyebab
munculnya pengganggu lahan tersebut, ada sekian contoh yang memperlihatkan
pemakaian dan pemanfaatan dari pestisida tidak dapat menyelesaikan serangan
hama, justru sebaliknya akan memunculkan jenis hama yang kebal sehingga
serangan yang berikutnya akan lebih parah, karena pestisida tidak mengenal
sistem Pilih bunuh sehingga dapat membinasakan pula mahluk lain yang berguna
yaitu (predator).
Hilangnya mahluk-mahluk ini dapat memicu serangan hama lain yang perkembangannya menjadi lebih
tinggi, sebagai akibat tidak adanya musuh alami (Predator), dampak dari
pemakaian pestisida bahwa residu kimianya yang tertinggal di lahan dapat
meracuni tanah dan air (Sumber Air), sedangkan residu kimia yang tertinggal
pada tanaman yang di konsumsi dapat meracuni tubuh, jadi dosis pestisida yang
terus bertambah pun tidak mustahil akan bertambah pada tingkat kesehatan
manusia.
Jadi untuk mengatasi serangan hama dan penyakit
tanaman para petani dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat dan lestari,
maka para petani perlu “Bersahabat
Dengan Alam” dengan jalan memperbaiki keseimbangan ekosistem di lahan
pertaniannya tanpa harus menghancurkan dan memusnahkan jaringan ekosistem agar
para petani menjadi petani yang organis, dalam arti memperbaiki atau mengatasi
sumber masalahnya dan jangan sekedar menghilangkan gejalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar