Senin, 07 Januari 2013

Sejarah Berdirinya Maraqitta'limat



Sebagai salah satu pondasi awal berdirinya Yayasan  Maraqitta’limat adalah di tandai dengan berdirinya Madrasah Diniyah Islamiyah, dengan perkembangan dan kemajuan yang signifikan, maka beliau menuangkan ide dan gagasannya untuk membangun Madrasah Ibtidaiyah yang nantinya akan di bernaung di sebuah wadah atau lembaga, gagasan beliau tersebut di sambut positif dan di berikan dorongan dari para tokoh-tokoh yang ada di Desa Mamben Lauk, sehingga pada tahun 1951 musyawarah para tokoh di lakasanakan, yang di hadiri oleh beberapa tokoh di antaranya seperti : Tuan Guru H.Muhammad Arsyad (Ayahnya), H.Muhammad Amin, Tuan Guru H.Mustaqim, Papuq Hayat, H.Halidi, H.Muhmmad Hamid, H.Badaruddin, Guru Nurminah, Amaq Munaqif, H.Mahmudin, H.Ridwan dan lain sebagainya (Musyawarah Pertama).
 

1.Latar Belakang Berdirinya Maraqitta’limat

Kemudian di lanjutkan dengan Musyawarah kedua dilaksanakan sebagai rencana lanjutan dari pendirian lembaga Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah tersebut, para tokoh-tokoh yang menghadiri musyawarah ke dua ini adalah sebagai berikut di antaranya : Tuan Guru H.Muhammad Arsyad (Ayahnya), H.Muhammad Amin, Tuan Guru H.Mustaqim, TGH. Abu Bakar, Papuq Hayat, H.Halidi, H.Muhmmad Hamid, H.Badaruddin, Guru Nurminah, Amaq Munaqif, H.Mahmudin, H.Ridwan, Kepala Desa Mamben Lauq, Para Keliang Kampung Se-desa Mamben Lauk (Kepala Dusun), H.Mustafa, H.Muhtar, Bapak Anhar, Papuq Arsyad (Guru Badar), Amaq Mannan, Amaq Muhriah, Amaq Saknah, H.Muhammad Saleh, Amaq Kalsum, Amaq Naserun, Amaq Sa’rah, Amaq Erah, Amaq Saenah dan lain sebagainya.
Pada musyawarah tahap kedua inilah Para Tokoh-tokoh dan masyarakat sepakat untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Mardrasah Ibtidaiyah yang akan di naungi oleh sebuah yayasan, namun tetapi dalam musyarawah tahap kedua tersebut terjadi pembahasan yang cukup serius dan Alot, terutama dalam pembahasan penentuan dan menyepakati mengenai nama Madrasah Ibtidaiyah tersebut, dalam proses pemabahasan ada 2 (Dua) nama yang di usulkan oleh Tuan Guru H.Muhammad Zainuddin Arsyad dan selanjutnya pembahasannya di serahkan kepada jama’ah yang sedang ikut melakukan kegiatan musyawarah,  kedua usulan nama madrasah ibtidaiyah tersebut adalah antara “ Darul Ulum (Rumah Ilmu) Atau Maraqitta’limat “ (Tangga Pendidikan).

Kedua nama Madrasah Ibtidaiyah tersebut di tanggapi oleh peserta musyawarah, ” Kalau nama Darul Ulum yang kita berikan nama madrasah tersebut, berarti kita mencontek atau meniru nama sebuah Madrasah besar dan terkenal di Negeri Makkkah, sedangkan kita tidak ingin di katakan mencontek dan mengambil dari salah satu sebuah nama madrasah besar dan terkenal oleh orang-orang yang tidak suka terhadap perjuangan kita, walaupun nama madrasah tersebut berada di negeri Makkah, oleh sebab itu biarlah kita menentukan sendiri nama madrasah yang akan kita bangun dengan nama Maraqitta’limat “. Sehingga perkembangan dari Maraqitta’limat sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita semua, namun tetapi muncul dan terbentuk dari ide dan gagasan kita sendiri tanpa harus mencontek dan meniru. (Sumber : TGH.Abu Bakar)

Selanjutnya kesepakatan nama Madrasah Ibtidaiyah tersebut dengan nama “ Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat “ dan pemberian nama yayasan pun di ambil dari nama pendirian madrasah ibtidaiyah yang pertama yaitu maraqitta’limat sehingga di sebut dengan nama “ Yayasan Maraqitta’limat “, maka dengan di sepakatinya nama Madrasah dan Yayasan, berarti pendiriannya sudah di Ligitimasi oleh dukungan masarakat pada tahun 1951, pendirian Madrasah Ibtidaiyah tersebut tidak terlepas juga dari upaya dan swadaya masyarakat serta atas bantuan para Tokoh-tokoh Masyumi yang ada di wilayah Lombok Timur, sehingga pembangunan lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah tersebut lebih di kenal pada waktu itu, dengan sebutan Gedung Masyumi, sementara masyarakat Mamben dan sekitarnya pada saat itu gedung Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat Mamben Lauk kerapkali di sebut dengan sebutan “ Gedong “ karna pada saat itu tokoh-tokoh Mamben Lauk dan masyarakatnya sebagian besar menjadi simpatisan Partai Masyumi (Majlis Syura’ Indonesia), sehingga para tokoh bekerja sama secara intens untuk bersama-sama membangun masyarakat secara politis, dan saat itu kepengurusan Partai Masyumi  yang dipimpin oleh KH.Agus Alwi dan Umar Semeq.

Pendirian Madrasah Ibtidaiyah saat itu, ditandai oleh sedang terjadinya fenomena persaingan politik yang cukup ketat untuk mencari simpati dukungan massa terhadap partai politik yang ada, di bawah Pimpinan negara Presiden Ir.Sukarno dan Drs. Hatta serta pemerintahan  Kabinet Ali Sastroamidjojo, sementara saat itu masyarakat Indonesia di seluruh tanah air sedang gencarnya melakukan tuntutan agar segara di laksankan pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih Badan Konstituante (Badan Pembuat Undang-Undang Dasar). Itulah sebagai penyebab keterlibatan tokoh-tokoh Masyumi dalam pendirian Madrasah Ibtidaiyah, karena para tokoh-tokoh yang ada di Desa Mamben Lauk menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan Partai Masyumi.

Pendirian Madrasah Ibtidaiyah tersebut sekaligus juga sebagai tonggak awal berdirinya Yayasan Maraqitta’limat, kemudian di lanjutkan dengan kegiatan penyusunan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) pada tahun 1959, sedangkan pada tahun 1960 melakukan kerjasama dengan Pimpinan Muhammadiyah di Masbagek Lombok Timur dalam pengusulan pembuatan akte notaris pendirian Yayasan Maraqitta’limat, dengan pejabat yang menjabat sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat adalah Bapak Wadita Kusuma dan yang menjabat sebagai Bupati Lombok Timur adalah Bapak Lalu Wildan, (Sumber : Ustaz M.Saleh, HM).

Dengan berbagai upaya, usaha, tantangan dan hambatan beliau bersama Tokoh-tokoh dan masyarakat untuk mendirikan Yayasan Maraqitta’limat, berhasil di dirikan pada tanggal 30 Juni tahun 1964, dan memperoleh badan hukum dengan akta notaris Nomor 80, sehingga pada saat itu Yayasan Maraqitta’limat resmi berdiri secara ligitimasi dan legalitas di Mamben Lauk, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, sedangkan dalam acara peresmian atau waktu di deklarasikan pendirian Yayasan Maraqitta’limat di hadiri oleh tokoh Masyumi dari Jakarta yakni Bapak KH.Muhammad Hafiz dan para tokoh Masyumi lainnya yang berada di wilayah Lombok, di samping itupula beberapa tokoh ormas sepulau Lombok dan pejabat pemerintahan yang sempat hadir pada saat itu, (Sumber : Ustaz Saleh Rihin, Alm)


2.Konsepsi Lambang Yayasan Maraqitta’limat

Setiap lambang atau simbol, tidak terlihat begitu saja menurut bentuk lahirnya, tetapi ia mengandung banyak makna yang tersembunyi di dalamnya, sesuai tujuan dan cita-cita yang memiliki lambang, begitu pula lambang Yayasan Maraqitta’limat.

Pada awalnya Yayasan Maraqitta’limat belum memiliki lambang, namun tetapi para anggota yayasan Maraqitta’limat hanya memiliki tanda anggota atau kartu anggota yang berukuran kartu pos, di dalam kartu tersebut terdapat dua buah tanda gambar, di sebelah kiri gambar bulan bintang dan di sebelah kanan terdapat gambar tangan yang sedang menulis dengan pena, sedangkan di tengah-tengahnya tertulis kalimat Qur’ani, seperti terlihat pada gambar dibawah ini :



Lambang dalam kartu anggota inipun belum begitu banyak di kenal oleh anggota yayasan dan masyarakat, karna kartu ini hanya di miliki oleh para tokoh dan sesepuh masyarakat saja, serta para anggota seperjuangan, artinya keberadaan kartu anggota tersebut masih sangat terbatas untuk dikenal dan dimiliki oleh masyarakat umum.

Pada tahun 1962 yayasan maraqitta’limat belum juga memiliki lambang, maka pada tahun tersebut muncullah ide dari seorang guru PGAP 4 Tahun yakni H.Arif Munawir untuk menggagas lambang tersebut dan didukung oleh para guru seperti H.Abdul Mannan dan H.Ahmad Qusyairi, agar seyogyanya lambang tersebut cepat tercipta dan terbentuk, maka dengan kesepakatan para guru di PGAP 4 Tahun ini menghadap Bapak Pimpinan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad. Para Guru tersebut Menyampaikan niat dan keinginannya, sehingga pada malam Jum’at tanggal 23 Maret 1965 di adakannya musyawarah di rumah Bapak Pimpinan guna pembentukan seksi-seksi kepengurusan, dan pembagian tugas dan fungsi dari masing-masing pengurus (Tupoksi), hal ini dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan kerja. Dengan diadakan musayawarah tersebut maka semakin kuat dorongan niat dan keinginan H.Arif Munawir bersama para guru untuk menyampaikan idenya.

Pada hari minggu malam Senin setelah Sholat Isya’, tanggal 28 Maret 1965 bertepatan pada tanggal 26 Dzulqa’idah 1384 H. Bapak H.Arif Munawir dan Bapak H.Abdul Mannan mengahadap Bapak Pimpinan untuk menyampaikan ide tersebut, agar pada hari pelantikan dan peresmian seksi-seksi Yayasan Maraqitta’limat yang rencananya di resmikan dan dilantik pada hari Kamis, tanggal 06 Mei 1965 bertepatan tanggal 05 Muharram 1385 H, dengan satu harapan agar Yayasan Maraqitta’limat sudah memiliki lambang, Bapak Pimpinanpun menerima ide dan usul tersebut, saat itu pula Bapak pimpinan selalu memberi petunjuk serya berkata “ Silahkan segara di buat konsepnya lambang tersebut, dan jika sudah selesai agar segera dibawa kembali untuk kita pelajari dan telaah bersama, dan jangan lupa pada gambar lambang tersebut di cantumkan Gambar Bulan Bintang, serta gambar tangan yang sedang menulis dengan pena, dan juga jangan dihilangkan Tulisan yang berbunyi :
 





Pada hari Selasa tanggal 30 Maret 1965 Penggagas Lambang Yayasan yakni H.Arif Munawir Bersama H.Abdul Mannan memperlihatkan hasil kerjanya. Setelah di pelajari dan di teliti dengan seksama oleh Bapak Pimpinan Maraqitta’limat, lalu kemudian menerima dan menyetujui gambar lambang tersebut, dengan catatan ; Agar gambar ujung pena yang sedang menulis tepat mengenai Huruf Mim pada kalimat Ya’ Lam.

Sehingga pada hari Kamis, 01 April 1965, malam Jum’at 30 Dzulqa’idah 1384 H, setelah gambar yayasan direvisi sesuai petunjuk dari Bapak Pimpinan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad, akhirnya beliau menerima dan menyetujui bentuk lambang Yayasan Maraqitta’limat. Belaiu mengatakan Bahwa gambar ini sudah bagus kita pergunakan sebagai lambang Yayasan Maraqittalimat “, dan pada malam itu pula, maka resmilah lambang yayasan maraqitta’limat, seperti lambang atau logo Yayasan Maraqitta’limat sebagaimana yang kita lihat sampai sekarang ini. Pada malam itu juga beliau menguraikan secara rinci kepada penggagas ide lambang dan kepada beberapa orang yang hadir malam itu, diantaranya Ustz. H. Abdul Mannan dan H.Arif Munawir, maka yang terkandung dalam lambang Yayasan Maraqitta’limat.


Beliau menjelaskan makna Lambang Yayasan Maraqitta’limat, sebagai berikut:

  1. Lambang ini terletak pada dasar segi lima, yang menggambarkan bahwa pondok pesantren maraqitta’limt tegak serta memperjuangkan Islam yang rukun dan hukumnya lima. Setiap orang akan hidup bahagia di dunia dan akherat, jika rukun dan hukum Islam yang lima ditegakkan dan dilaksanakan dengan baik. Dan dengan adanya rukun dan hukum Islam yang lima itu pula, seorang mukmin wajib belajar sejak lahir hingga akhir hidup.

  1. Bulan Sabit
Bulan sabit merupakan lambang Islam secara umum di seluruh dunia. Bulan adalah suatu alat penerang di waktu gelap dan alat pengukur untuk menentukan waktu.

  1. Lima Buah Bintang
Bintang merupakan kompas atau alat penentu arah dan tujuan di darat ataupun di laut waktu malam gelap. Lima buah bintang merupakan lambang jalur penyaluran ilmu pengetahuan dari Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya.

a.    Bintang Pertama
Melambangkan Nubuwah Allah Swt mengajarkan atau menurunkan ilmu-Nya kepada para Nabi dan Rasul melalui perantaran wahyu. Demikian pula kepada Rasulullah Muhammad Saw yang menerima wahyu dari Allah Swt. Wahyu sebagai penuntun yang mengajarkan seluruh macam disiplin ilmu yang berhubungan dengan ibadah maupun mu’ammalah. Beribadah sebagai hubungan dengan Allah Swt (hablumminalloh) dan mu’ammalah sebagai hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan (hablumminannas).

b.    Bintang Kedua
Melambangkan para sahabat-sahabat Rasulullah Saw, dan Rasulullah menerima ajaran-ajaran Allah Swt baik secara langsung maupun melalui perantaraan Malaikat Jibril yang semuanya terkumpul dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim. Kemudian Rasulullah Saw mentransfer ilmu pengetahuan itu kepada para sahabat-sahabat yang setia yang dilengkapi dengan keterangan dan penjelasan-penjelasan yang disebut dengan Hadist atau Sunnah. Penjelasan itu dapat berupa perkataan, perbuatan maupun takhrir atau persetujuan Rasulullah Saw sebagai pemegang amanah dari Allah Swt. Segala ilmu yang diterima dari Allah Swt disampaikan seluruhnya, tanpa satupun yang ketinggalan atau terlupakan. Al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman manusia dalam menempuh kehidupan dunia menuju kehidupan yang kekal abadi di akhirat. Manusia tidak akan pernah tersesat jika selalu berpedoman pada kedua sumber hukum dan pelajaran tersebut sepanjang masa, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.

c.    Bintang Ketiga
Mengandung arti para thabi’in. Ilmu yang diterima oleh para sahabat yang mulia, kemudian diteruskan kepada generasi berikutnya, yaitu para tabi’in. Dari tabi’in dilanjutkan kepada para tabi’ut tabai’in dan kemudian diteruskan kepada para ulama. Dengan demikian ilmu semakin menyebar dengan banyaknya para ulama yang menerima ajaran itu dari para pendahulunya.

Sebagai mukmin pengikut ajaran Rasulullah, para thabi’in dengan rasa patuh, tekun, ulet menerima dan melaksanakan ajaran para sahabat yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, proeses penerimaan ilmu dan ajaran agama Islam tersebut, yang bersifat langsung dari sumbernya, yaitu dari Rasulullah Saw. Lalu para thabi’inpun yang belajar dari para sahabat, selanjutnya para sahabatpun mengajarkan ajaran Allah Swt kepada para ulama-ulama dengan kebenaran.

d.    Bintang Keempat
Melambangkan seorang guru yang tekun, ikhlas dan bertanggung jawab melaksanakan tugas kewajibannya mendidik, mengajarkan dan menyampaikan segala ajaran Allah dan Rasul dengan benar kepada murid-muridnya. Dengan tujuan agar para murid dapat menjadi hamba-hamba Allah yang bertaqwa cerdas, terampil, berakhlak mulia dan bertanggung jawab melaksanakan tugas kewajibannya untuk mendidik, mengajarkan dan menyampaikan segala ajaran yang diketahuinya dengan benar kepada murid-muridnya.

Pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia dan terhormat. Guru berusaha mengajarkan ilmu untuk bekal pengetahuan dan sekaligus untuk membersihkan hati manusia, baik dari kebdoohan maupun kesesatan. Guru adalah khalifah Allah di muka bumi ini. Guru merupakan seorang bendaharawan yang boleh dan dapat membelanjakan simpanannya berupa ilmu pengetahuan setiap saat kepada siapapun yang membutuhakan. Guru ibarat minyak kasturi yang wanginya bukan hanya mengharumkan namanya sendiri tetapi juga mengharumkan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat menjadi guru yang baik, yaitu guru yang dapat digugu dan ditiru.

Guru yang baik bersifat kasih sayang terhadap murid-muridnya bagaikan fungsi ayah dan ibu bagi anak-anaknya. Jika ayah ibu yang melahirkan manusia ke dunia ini dan memberikan makan dan minum yang halal bagi pertumbuhan jasamani, maka guru berfungsi memberikan santapan bagi pertumbuhan rohani yang dekat dengan Allah Sang Pencipta.

e.    Bintang kelima

Bintang kelima, melambangkan seorang murid, karna Murid adalah insan-insan yang menjadi tumpuan dan harapan generasi tua. Murid haruslah selalu rajin, taat dan patuh serta ikhlas menerima pelajaran dari guru yang baik demi kemaslahatan dan kebahagiaan masa depannya. Seorang murid wajib mematuhi, menghormati dan memuliakan guru yang mengajarnya, sebab guru adalah orang yang berilmu, ia dilebihkan oleh Allah dengan ilmunya. Dan wajiblah seorang murid ta’zhim dihadapan gurunya.

  1. Tangan yang menulis dengan pena
Tangan melambangkan akal, pikiran dan kekuatan zhahir bathin, seorang hamba Allah. Begitulah Allah Swt menyebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa kerusakan di darat dan di laut, semuanya adalah ulah perbuatan tangan manusia. Begitulah keberhasilan dan kegagalan seseorang akan disebabkan oleh perbuatan tangannya sendiri. Tangan seorang murid yang cekatan dan terampil, sesuai dengan akal pikirannya yang cerdas, akan membuat si murid dapat menangkap pelajaran-pelajaran yang berguna dari seorang guru.

Goresan tangan yang terampil dari seorang murid, akan mendapat ilmu dan hasil usaha yang sempurna dan sukses dalam segala cita-citanya. Sebaliknya jika tangan seorang murid yang malas, enggan bergerak, tidak terampil, itu merupakan suatu kegagalan bagi seorang murid.

Sebagaimana Allah Swt sebutkan dalam Al-Qur’an. Tangan juga sebagai simbol kekuasaan, lambang kekuatan dan cermin dari segala perbuatan sebagaimana firman Allah Swt

“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karna perbuatan tangan manusia, supaya peringatan Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Begitulah, maka keberhasilan dan kegagalan seseorang banyak disebabkan oleh perbuatan tangannya. Tangan seseorang yang cekatan dan terampil yang ditunjang oleh pikiran yang cerdas akan membuat murid dapat menangkap pelajaran-pelajaran yang berguna dari seorang guru. Goresan tangan yang tekun dan kreatif akan menghasilkan ilmu dan hasil yang berguna dalam mengejar cita-cita dan mencapai sukses yang sempurna. Sebaliknya tangan yang malas, kaku dan enggan akan mendatangkan kegagalan dan penyesalan dikemudian hari.

Untuk menunjang keberhasilan, tangan manusia dibantu oleh alat yaitu pena. Pena adalah perantara ilmu pengetahuan dan penyampai berita yang sangat luar biasa. Ungkapan yang mengatakan bahwa pena itu lebih tajam dari pedang nyata benarnya. Inilah kemuliaan Allah Swt yang tinggi. Diajarkan-Nya manusia berbagai macam ilmu pengetahuan, dibukakan segala rahasia, diserahkan kunci untuk membuka perbendaharaan ilmu pengetahuan melalui perantaraan qalam, perantaraan pena.

Selanjutnya, setelah manusia pandai menggunakan pena tidak terhitunglah jumlah ilmu yang Allah berikan kepada manusia, yang dapat dicatat, akan segala ilmu pengetahuan yang baru didengar dan baru dilihat dengan pena yang ada pada tangannya. Sebab ilmu pengetahuan itu adalah laksana binatang buruan yang sangat liar. Dan penulisan merupakan tali pengikat dari buruan tersebut. Maka ikatlah setiap buruan itu dengan tali yang kuat.

Dengan kata lain singkatnya, tulislah dengan pena, segala ilmu pengetahuan yang baru diterima agar ilmu itu tidak lekas hilang.


  1. Tulisan/Kalimat

                    

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar