Kamis, 10 Januari 2013

Betapa Pentingnya Pendidikan Dalam Kehidupan


Sambik Elen, adalah desa yang tergolong masih muda umurnya, setelah reformasi desa Sambik Elen dimekarkan dari desa Loloan Kecamatan Bayan pada tahun 2001. Desa Sambik Elen memiliki 5 wilayah pedusunan salah satunya dusun Lenggorong yang didomisili oleh masyarakat yang berasal dari berbagai daerah yang ada di pulau Lombok, wilayah tersebut merupakan Transimigrasi Lokal yang didatangkan oleh pemerintah NTB melalui Dinas Transimigrasi dan Dinas Sosial pada tahun 1982, yang diperuntukkan bagi masyarakat korban bencana alam.


Hamdan atau biasa dipanggil amaq Hamdi adalah salah seorang masyarakat yang tinggal di dusun Lenggorong yang berasal dari Mamben Lauq Lombok Timur, beliau adalah seorang laki-laki yang telah dilahirkan oleh seorang Ibu sekitar 50 tahun yang lalu, pendidikan terakhir yang disandangnya adalah pendidikan guru agama (PGA), selama beliau tinggal didusun Lenggorong, kehidupannya hanyalah ditopang dari hasil bertani pada lahan kering. Tepatnya, dia adalah seorang petani.

Walaupun beliau seorang petani, tetapi selalu peduli terhadap kondisi masyarakatnya, terutama tentang pendidikan, melihat anak-anak dan remaja yang bayak putus sekolah di sebabkan oleh rendahnya ekonomi masyarakat setempat, membuat beliau terus berberpikir, dan tidak pernah menyurutkan niatnya untuk memembangun lembaga pendidikan ditempatnya, perintisan perjuangannya untuk mendirikan lembaga pendidikan dimulai dari tahun 1985 pertama kalinya mengabdikan dirinya pada madrasah diniyah maraqitta’limat yang ada didusun tersebut

Kemudian lambat laun, niatnya pun terwujud pada tahun 2005, dengan kesepa masyarakat setempat berinisiatif untuk membangun sarana pendidikan, maka pada tahun 2007 Madrasah Tsanawaiyah dapat dibangun bersama masyarakat, yang bernaung pada sebuah lembaga sosial keagamaan yakni yayasan maraqitta’limat yang berpusat di Mamben Lauq Lombok Timur. Pembagunan Sarana pendidikan tersebut diawali dengan pembangunan gedungan darurat untuk tempat anak-anak belajar, satu tahun kemudian dapat membangun gedung  Madrasah sebanyak 3 lokal, yang gedungnya masih sederahana, meja dan bangkunyapun masih kurang, terkadang seringkali tikar digelar tempat duduknya para siswa, namun demikian adanya proses belajar mengajar berjalan dengan baik, pada tahapan pertama di mulai proses belajar mengajar siswanya sebanyak 20 orang, kemudian tahun 2008 jumlah siswanya bertamabah 15 orang.

 Sematara pengusulan izin oprasionalnya pada bulan desember 2007, Empat bulan kemudian, barulah pada bulan April 2009 izin dikelurarkan  oleh Depagaq NTB, nomor statistik 212 502 109 141, dan nomor piagam D/KW/MTS/04/2008 (diwawancara tanggal 30 April 2009. Dalam hidupnya amaq Hamdi, banyak menyimpan harapan, salah satunya bagaimana anak cucunya nanti dapat menikmati bangku sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar