Oleh Harli, S.Pd : Madrasah Ibtidaiyah
Maraqitta’limat Lokok Aur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok
Utara, memiliki Program Ekstrakurikuler yaitu Kegiatan IMTAQ yang dilakukan pada
setiap hari Jum’at, hal ini di maksudkan dengan tujuan penanaman pembiasan untuk
membentuk karakter anak didik, menurutnya lebih lanjut, bahwa pembiasaan harus
di tanamkan kepada anak sejak usia dini,
karna potensi ruh keimanan manusia yang diberikan oleh Allah Swt perlu
senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan cara membimbing anak untuk memahami
dan belajar praktik, terutama dalam belajar praktik beribadah, seperti praktik
berwudu’ , Sholat dan lain sebagainya.
Di
harapkan pembiasaan yang ditanamkan ini kepada siswa madrasah dapat membentuk
pengetahuan sendiri dan membantu anak untuk membentuk tatanan berpikir,
kepekaan rasa, kekayaan pengalaman dan perluasan pengetahuan sebagai hasil interaksi
dirinya dengan lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
Pengetahuan
dan pengalaman anak pada gilirannya akan mengisi memori dan kesadaran anak secara bertahap serta
menjadi bahan dasar untuk memperoleh kesadaran lain yang lebih tinggi saat ia
menginjak perkembangan selanjutnya.
Dalam
konsep pembelajaran aktif, potensi penyerapan informasi dan pengetahuan pada
diri anak diibaratkan sebagai cawan yang segala bentuk informasi mungkin dapat
diperoleh dari lingkungannya, kehidupan pada fase-fase awal ini sering di sebut
sebagai usia emas (Golden Age), karna pada masa inilah penyemurnaan syaraf otak
anak sedang berlangsung dengan cepat dan informasi yang masuk pada fase ini
dapat menjadi modal dasar pengetahuan untuk perkembangan berikutnya. Karna itu,
penanaman pembiasaan dalam membentuk karakter anak menjadi salah satu cara yang
efektif bagi anak pada masa perkembangannya di usia-usia dini.
Pada
tingkatan Madrasah Ibtidaiyah
pembelajaran sudah memasuki pembentukan konsep yang sederhana yang di awali
dari pengenalan sesuatu yang kongkrit, pada poses selanjutnya, madrasah juga
perlu memperkaya anak didiknya dengan bahan-bahan pelajaran yang dapat dilihat
dan dirasakan secara nyata oleh siswa.
Pedoman
pengajaran atau kurikulum tetap digunakan, namun pada saat yang sama materi
pembelajaran perlu disusun secara kontekstual, terkait dengan persoalan hidup
yang mereka alami, anak didorong untuk mencari isi mata pelajaran dengan kidupan mereka sehingga proses belajar
dapat lebih bermakna dan sesuai dengan konteksnya, dengan cara penanaman
pembiasaan ini diharapkan anak dapat mempelajari berbagai hal sesuai dengan
pengalaman hidup mereka, sehingga apa yang mereka ketahui tidak semata-mata hal
yang abstrak.
Contoh
: Dalam proses belajar Akiqah Akhlaq, mereka berhak untuk memilih, dengan kata
lain mereka perlu diberikan kebebasan untuk memahaminya dalam suatu hal atau
perkara, walaupun dalam prosesnya tidak selalu disertai argumentasi-argumentasi
yang jelas dan nalar yang benar, namun jika mereka tidak taat saat mereka
memasuki usia baligh, maka mereka harus diberi peringatan, sebagaimana dinyatakan
dalam Hadist Nabi “ Perintahkanlah kepada
anak-anak kalian untuk mengerjakan Sholat setelah mereka berusia Tujuh Tahun,
dan pukullah mereka jika belum mengerjakannya saat mereka berusia Sepuluh tahun
“ (H.R.Abu Daud).
Merujuk dari Hadist Nabi
di atas, maka sangatlah perlu menanamkan pembiasaan terhadap anak-anak didik
melalui kegiatan Imtaq sebagai salah satu upaya pembentukan karakter anak di
masa usia-usianya masih dini, jadi pada prinsipnya madrasah tentu saja dapat
menjadi wahana pendidikan berkarakter, terutama berahklaq bagi siswa. Jika hal
ini dilakukan secara sistematis dan terencana, maka madrasah akan berhasil
mengembangkan semua potensi anak secara seimabang, harmonis, dan menyeluruh,
baik jasmani dan rohani. Yang pada akhirnya akan terbentuk kecerdasan Intelektualnya, kecerdasan spritualnya, kecerdasan emosionalnya dan kecerdasan sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar