Sabtu, 19 Januari 2013

Pembentukan Karakter Anak Melalui Pembiasaan

Oleh Harli, S.Pd : Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat Lokok Aur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, memiliki Program Ekstrakurikuler yaitu Kegiatan IMTAQ yang dilakukan pada setiap hari Jum’at, hal ini di maksudkan dengan tujuan penanaman pembiasan untuk membentuk karakter anak didik, menurutnya lebih lanjut, bahwa pembiasaan harus di tanamkan  kepada anak sejak usia dini, karna potensi ruh keimanan manusia yang diberikan oleh Allah Swt perlu senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan cara membimbing anak untuk memahami dan belajar praktik, terutama dalam belajar praktik beribadah, seperti praktik berwudu’ , Sholat dan lain sebagainya.


Di harapkan pembiasaan yang ditanamkan ini kepada siswa madrasah dapat membentuk pengetahuan sendiri dan membantu anak untuk membentuk tatanan berpikir, kepekaan rasa, kekayaan pengalaman dan perluasan pengetahuan sebagai hasil interaksi dirinya dengan lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

Pengetahuan dan pengalaman anak pada gilirannya akan mengisi memori  dan kesadaran anak secara bertahap serta menjadi bahan dasar untuk memperoleh kesadaran lain yang lebih tinggi saat ia menginjak perkembangan selanjutnya.

Dalam konsep pembelajaran aktif, potensi penyerapan informasi dan pengetahuan pada diri anak diibaratkan sebagai cawan yang segala bentuk informasi mungkin dapat diperoleh dari lingkungannya, kehidupan pada fase-fase awal ini sering di sebut sebagai usia emas (Golden Age), karna pada masa inilah penyemurnaan syaraf otak anak sedang berlangsung dengan cepat dan informasi yang masuk pada fase ini dapat menjadi modal dasar pengetahuan untuk perkembangan berikutnya. Karna itu, penanaman pembiasaan dalam membentuk karakter anak menjadi salah satu cara yang efektif bagi anak pada masa perkembangannya di usia-usia dini.

Pada tingkatan Madrasah  Ibtidaiyah pembelajaran sudah memasuki pembentukan konsep yang sederhana yang di awali dari pengenalan sesuatu yang kongkrit, pada poses selanjutnya, madrasah juga perlu memperkaya anak didiknya dengan bahan-bahan pelajaran yang dapat dilihat dan dirasakan secara nyata oleh siswa.

Pedoman pengajaran atau kurikulum tetap digunakan, namun pada saat yang sama materi pembelajaran perlu disusun secara kontekstual, terkait dengan persoalan hidup yang mereka alami, anak didorong untuk mencari isi mata pelajaran  dengan kidupan mereka sehingga proses belajar dapat lebih bermakna dan sesuai dengan konteksnya, dengan cara penanaman pembiasaan ini diharapkan anak dapat mempelajari berbagai hal sesuai dengan pengalaman hidup mereka, sehingga apa yang mereka ketahui tidak semata-mata hal yang abstrak.

Contoh : Dalam proses belajar Akiqah Akhlaq, mereka berhak untuk memilih, dengan kata lain mereka perlu diberikan kebebasan untuk memahaminya dalam suatu hal atau perkara, walaupun dalam prosesnya tidak selalu disertai argumentasi-argumentasi yang jelas dan nalar yang benar, namun jika mereka tidak taat saat mereka memasuki usia baligh, maka mereka harus diberi peringatan, sebagaimana dinyatakan dalam Hadist Nabi “ Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk mengerjakan Sholat setelah mereka berusia Tujuh Tahun, dan pukullah mereka jika belum mengerjakannya saat mereka berusia Sepuluh tahun “ (H.R.Abu Daud).

Merujuk dari Hadist Nabi di atas, maka sangatlah perlu menanamkan pembiasaan terhadap anak-anak didik melalui kegiatan Imtaq sebagai salah satu upaya pembentukan karakter anak di masa usia-usianya masih dini, jadi pada prinsipnya madrasah tentu saja dapat menjadi wahana pendidikan berkarakter, terutama berahklaq bagi siswa. Jika hal ini dilakukan secara sistematis dan terencana, maka madrasah akan berhasil mengembangkan semua potensi anak secara seimabang, harmonis, dan menyeluruh, baik jasmani dan rohani. Yang pada akhirnya akan terbentuk kecerdasan Intelektualnya, kecerdasan spritualnya, kecerdasan emosionalnya dan kecerdasan sosialnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar